ads
Belajar, menuntut ilmu, menggali pengalaman dari situasi di sekitar kita memang menarik. Dan melihat orang yang begitu semangat seperti Ibu memberikan inspirasi untuk juga menjalani sebagaimana hadist Rasuullah yang menyatakan ‘Utlubul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi’, tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat.

Rabu, 28 Desember 2011

MUTASI KELUARGA DARI BAPAK BAGUS TAUFIQ Alm.

Syukur Alhamdulillah,
Mutasi dari Keluarga  Bapak Bagus Taufiq (alm) Malang.

Telah lahir perempuan cantik, Sabtu, 24 Desember  2011, jam 13.30 siang  di Bogor,
yang diberi nama: "AFRA NAILAH AZMI" 
Dia adalah putri pertama dari pasangan  Mohammad Faisol dengan Midawati
Cucu dari Bapak Bagus Taufiq (Alm) dengan  Umi Mar'ati 
Semoga menjadi anak yang sholehah berbakti kepada Agama, Bangsa dan Orang Tua.

Kamis, 17 November 2011

Mutasi dari Keluarga Mbah H. Mas Sun’an Surabaya

Syukur Alhamdulillah,
Mutasi dari Keluarga Mbah H. Mas Sun’an Surabaya,

Telah lahir putri  yang cantik, Selasa 15 November 2011, Jam 4.00 pagi di Surabaya,
yang diberi nama Iris Anindita (Airis) Putri kedua dari Ken Ridho, ( Keken )
Putra keempat Paklik Dhofir (alm) dan Bulik Qomar, Malang

Semoga menjadi anak yang sholehah berbakti kepada Agama, Bangsa dan Kedua Orang Tua.

Iris Anindita (Airis)

Rabu, 16 November 2011

Mutasi Keluarga Bapak Bagus Taufiq Alm.

Syukur Alhamdulillah,
Mutasi dari Keluarga  Bapak Bagus Taufiq (alm) Malang.
Telah lahir perempuan cantik, senin 14 November 2011, jam 7.30 pagi, di Malang,
dengan berat 3.5 Kg.  yang diberi nama: HANNANI AMIRAH AMALINA
Dia adalah putri kedua dari pasangan Titik Fauziah dengan Hari Mintarjo,
Semoga menjadi anak yang sholehah berbakti kepada Agama, Bangsa dan Orang Tua.


HANNANI AMIRAH AMALINA

Ayah Hari dan Kakak Reza

Kamis, 13 Oktober 2011

“Utlubul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi”


"Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai (menjelang) liang lahat"

Sudah rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal.
Yah seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Memprihatinkan, tetapi itulah kenyataanya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu maupun jutaan rupiah, belum lagi kalau masuk SD, SMP, SMA, Universitas yang favorit akan menghabiskan ratusan juta lebih. WOW !!!
Sekolah memang harus mahal, itulah stigma yang tertanam di benak sebagian orang, dari orang awam  dan bahkan sampai beberapa pejabat diknas sekalipun, benarkah demikian???

Itulah omongan sesat, mereka yang bicara ngelantur begitu sudah pasti tidak pernah lihat kondisi luar. Malaysia, Jerman, bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikan sangat murah dan dapat diakses oleh sebagian besar lapisan masyarakat.

 
Selamat atas wisuda Mas Hijrin Fithroni, S. Or. M.Pd. 
Insaya Allah apa yang menjadi harapan dan cita-cita bisa terlaksana dengan lancar.


Mas Hijrin Fitroni, S.Or, M.Pd. 

Keluarga  H. Achyat Malik 


Jumat, 09 September 2011

Mulailah Ukhuwah dalam Keluarga

MASALAH harta, warisan bahkan perbedaan keyakinan (madzhab, atau organisasi) kerap menjadi pemicu perseteruan antar anggota keluarga. Sehingga, akibat perbedaan ini, seorang orang tua dengan anak, kakak dan adik atau antar anggota keluarga menjadi terpisah, tidak sapa, seperti tidak saling kenal. Fenomena sosial ini seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita semua. Sebab silaturahmi berkorelasi dengan keimanan seseorang dan juga masa depan keislaman kita. 

Institusi keluarga adalah salah satu bagian dari komponen masyarakat. Keutuhan sebuah keluarga, merupakan kontribusi besar bagi terwujudnya umat Islam yang kokoh, dan bersatu padu (ukhuwah Islamiyah). Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam telah mewanti-wanti persoalan ini melalui ayat al-Qur'an dan as-Sunnah. Beliau memberi kabar akan bahaya memutus keluarga. 

Ancaman Allah Subhanahu wa ta'ala terhadap pemutus keluarga sangat serius. Dalam surat Muhammad ayat 22-23, Allah Subhanahu wa ta'ala memvonisnya sebagai orang yang terkutuk, dengan telinga ditulikan dan penglihatannya dibutakan. 

Artinya, nasihat-nasihat baik tidak akan bisa masuk telinga dan merasuk hatinya. Ia juga kesulitan melihat kebenaran (al-haq) walaupun kebenaran itu nyata di depan mata. 

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa ta'ala juga memberi predikat sebagai orang fasik dan merugi (QS. al-Baqarah 26-27), terkutuk dan penghuni neraka jahannam (QS. al-Ra'd 25). Ancaman al-Qur'an ini kemudian dita'kid (dikuatkan) oleh hadis Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam: "Tidak masuk surga orang yang memutus keluarga." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Penegasan dari hadis Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam ini menunjukkan bahwa ancaman Allah terhadap pemutus tali silaturahmi benar-benar serius. 

Dengan demikian, sesungguhnya silaturahmi bertalian dengan keimanan seseorang. Silaturahmi adalah salah satu identitas seorang mu'min. Seorang mu'min mempunyai tabiat selalu menjaga keakraban dengan keluarga dan bila keluarga itu terputus, ia segera menyambung dan mengadakan islah. Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menyambung keluarga (silaturrahim)." (HR. Bukhari) 

Oleh sebab itu, hukuman orang yang memutus kerabat sungguh berat. Hukuman itu tidak hanya di akhirat tapi juga ditimpakan sejak di dunia. Sebab, memutus tali kekerabatan termasuk dari salah satu dosa besar. Bahkan dosa itu berimplikasi kepada orang-orang di sekitarnya. 

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga."(HR. Bukhari) . 

Hadis ini menunjukkan bahwa dosa memutus kerabat juga berakses negatif (dicabutnya Rahmat Allah) terhadap orang-orang yang hidup di sekitarnya. 

Saudara yang berpisah dan berseteru bisasanya disebabkan pada masalah perebutan harta, warisan, kecemburuan, dan soal pribadi. Konflik dalam masalah-masalah tersebut sudah biasa terjadi dan sering terdengar telinga kita. 

Kalau soal harta, kita sering mendengarnya. Tapi sebenarnya ada faktor lain yang mungkin akhir-akhir ini menjadi fenomena baru. Persoalan perbedaan madzhab fikih atau ormas Islam, dan partai kadang menjadi pemicu terjadinya konflik antar keluarga atau antar anggota masyarakat – pada beberapa kasus, soal ini sulit didamaikan. 

Seseorang yang sudah mendalami madzhab baru biasanya berusaha kuat menyebarkannya kepada orang terdekat atau saudaranya. Sedang, anggota keluarga lain yang memegang tradisi pendahulunya tidak akan rela melepaskan begitu saja. Ajaran dan doktrin keagamaan harus diturunkan kepada anak cucu. Maka, bila tidak saling memahami, konflik saudara akan terjadi. 

Dari perbedaan-perbedaan ini terjadilah salah komunikasi dengan anggota keluarga. Bahkan ada seorang mahasiswa yang aktif dalam gerakan baru di kampusnya rela putus hubungan dengan keluarganya demi berjuang menyebarkan madzhab barunya. Di rumah, ia tidak betah karena keluarganya menolak diajak masuk madzhab baru. 

Perbedaan pandangan itu bermacam-macam kadarnya. Besar-kecilnya konflik juga bergantung dengan kadar perbedaan tersebut. Saat terjadi perbedaan hari Raya misalnya yang terjadi beberapa kali, orang sempat bersitegang dengan saudara yang berhari Raya tidak sama. Tetapi ketegangan itu bersifat sementara – bila masing-masing mengerti. 


Musibah perpecahan keluarga pernah di alami oleh Nabi Nuh alaihissalam dengan anaknya Qan'aan. Tatkala Nabi Nuh alaihissalam dan ketiga putranya Sam, Ham, Jafits beserta pengikutnya yang beriman sudah berada di dalam kapal, karena ada banjir bandang – Qan'aan yang kafir menolak ajakan Nabi Nuh alaihissalam menaiki kapal. "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah" tolak Qan'aan. 

Akibat menolak ajakan ayahnya itu, ia ditenggelamkan oleh Allah dihempas air bah beserta kaum Nabi Nuh alaihissalam yang kafir. Nabi Nuh alaihissalam sedih atas musibah ini, seraya berseru "Ya Allah ia adalah anakku". Tapi apa jawaban Allah? "Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, sesungguhnya perbuatannya adalah perbuatan yang tidak baik." (QS. Hud: 45). 

Mendapat jawaban dari Allah Subhanahu wa ta'ala, Nabi Nuh paham bahwa anaknya telah memutus tali kerabat sekaligus memutus keimanan, ia bukan lagi anaknya. Oleh sebab itu dia harus merelakannya diazab oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Qan'aan, dalam kisah tersebut walaupun mempunyai hubungan darah, tapi ia menganggap sudah tidak ada hubungan lagi dengan ayahnya. Padahal Nabi Nuh sangat menantikan ia kembali kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan berkumpul kembali bersama saudara-saudaranya. 

Beliau berusaha menyambung tali silaturahmi, dengan mengajak kembali kepada Allah. Tapi karena karena ia tetap memegang prinsip kekafirannya, Allah Subhanahu wa ta'ala memisahkannya dengan Nabi Nuh alahihissalam. 

Dari kisah tersebut, kita semakin yakin dengan apa yang telah disabdakan Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam.. Orang yang menyambung silaturahmi akan selalu dinaungi rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala , sebaliknya orang yang memutus hubungan silaturahmi akan dihimpit laknat Allah Subhanahu wa ta'ala. Qan'an dalam kisah tersebut menolak ajakan Nabi Nuh untuk merajut tali silaturahmi. Akibatnya, Allah Subhanahu wa ta'ala menimpakan adzab kepadanya. 

Jadi persatuan Islam itu mesti dimulai dari silaturahmi keluarga. Caranya, tidak sekedar saling menziarahi, tapi yang lebih penting saling menasihati dan mendakwahi. Keluarga itu komponen masyarakat Islam. Jika kita mampu membentuk keluarga yang islami, rukun dan damai, maka masyarakat yang akan tercipta pun adalah masyarakat beriman bersatu padu di bawah naungan Islam yang dirahmati oleh Allah. 

Jumat, 12 Agustus 2011

Salah Kaprah,…?


Salah Kaprah,…?
Assalamu’alikum, 
Umat Islam Indonesia adalah umat yang suka bersilaturahim. Saling berkunjung, saling menyapa dan saling berkomunikasi. Tetapi, mengapa tetap saja selalu menghadirkan kebencian, kedengkian dan konflik, padahal silaturahmi terus dijalin banyak pihak?
Kalau boleh dikatakan penyakit, penyakit itu adalah seringkali kita keliru menggunakan istilah kata. kita keliru menggunakan istilah silaturahmi. Padahal, yang betul adalah silaturahim.
Lantas, apa bedanya silaturahmi dengan silaturahim ?padahal susunan hurufnya sama saja. Ya, memang perbedaannnya ada pada akhiran yang ada pada huruf mim.
Pada dasarnya silaturahmi berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah artinya menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika melahirkan. Hal ini tentu sangat berbeda rahim yakni menyambung rasa kasih sayang dan pengertian.
Itu sebabnya kebencian, kedengkian dan konflik masih saja ada meski silaturahmi terus terjalin. Sebab, yang kita sambung adalah rasa nyeri para ibu kita ketika melahirkan tadi.
Ungkapan lain yang seringkali kita gunakan, dan ternyata salah adalah membatalkan puasa. Seringkali pada saat-saat menjelang maghrib dan akhirnya adzan berkumandang, pada saat yang sama kita sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang harus selasai. Pada saat itulah salah seorang dari kita: mari kita batalkan puasa kita, ayo batalkan puasanya dulu.
Padahal, kalau ungkapan itu benar-benar diniatkan untuk membatalkan puasa, maka batal benar puasa kita. Batal dalam perspektif tidak ada ganjaran pahala sama sekali terhadap puasa kita itu. Padahal, kita telah menahan lapar, haus serta hal-hal yang membatalkan puasa. Lalu tiba-tiba ibadah kita itu batal hanya karena niat mem-”batal”-kan puasa kita.
Sebagai ummat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, sudah sepantasnya kita mencontoh beliau. Sebagaimana yang diungkapkan dalam sebuah hadist, istilah berbuka puasa yang tepat adalah mempercepat buka puasa serta mengakhirkan sahur dan bukan membatalkan puasa. Mempercepat dalam artian segera berbuka puasa jika sudah waktunya berbuka, bukan menyegerakan untuk berbuka belum pada waktunya berbuka.
Demikan, semoga sedikit tulisan ini benar-benar merupakan harapan kita untuk perbaikan untuk Indonesia yang lebih baik. Semoga tidak ada yang salah kaprah lagi tentang kosakata yang menghadirkan ketidaknyamanan dalam keseharian kita. Apalagi jika berkaitan dengan ibadah.
Wassalam.

Rabu, 20 Juli 2011

Info Silaturrahim Halal Bi Halal


Berdasar hasil pertemuan Pengurus Keluarga Besar Mbah Buyamin, Hari Ahad, 17 Juli 2011 bertempat di kediaman Mbah H. Mas Sun'an Buyamin, bahwa Acara Silaturrahim Halal Bi Halal Mbah Buyamin ke 34 tahun 1432H/2011M Insya Allah di laksanakan pada Hari Sabtu tgl, 3 September 2011,
Mengingat kondisi di halaman rumah Mbah H. Mas Sun'an Buyamin, Jl. Bibis Tama  tidak memungkinkan untuk bisa ditempati, karena lalu lintas padat dan juga padat penduduknya maka acara tersebut insya Allah dilaksanakan di Gedung Nusantara sebelah barat rumah Mbah H. Mas Sun'an Buyamin,
Sumber Info: Baroro Sa’dan, Didik Aminoto

Senin, 04 Juli 2011

Mutasi Keluarga H. Moh. Amin Malik

Syukur Alhamdulillah, Tambah keluarga dr keluarga H.Moh.Amin Malik
Telah Lahir Putra Pertama dari pasangan Ahmad Falah Suryaaminata dg Dian Rizka Sari
pada hr Minggu tgl 26 Juni 2011 yg diberi nama Muh.Fardhan Dzakwanata (Fardhan)
Semoga menjadi anak yang sholeh berbakti kepada Agama, Bangsa dan kedua Orang Tua.
Keluarga Ahmad Falah Suryaaminata      
Muh.Fardhan Dzakwanata (Fardhan)


Jumat, 01 Juli 2011

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Saudara-saudaraku smoga semuanya dalam lindungan Allah SWT.
Pada kesempatan yang baik ini sengaja kami buat blog sebagai salah satu alternatif untuk kita bisa saling berkomunikasi, dan berbagi informasi, tentunya blog ini bisa dipergunakan sebagai tambahan informasi bagi keluarga besar mbah buyamin baik secara personal maupun secara universal. dan kami mengundang saudar2ku untuk bisa memperbaruhi informasi apa saja kapan saja tentang keluarga besar mbah buyamin, dari mulai data keluraga, mutasi keluarga, foto2 keluarga.dll.
Kami lancang dan mendahului mbah, pakde, pak lik, mas, mbak, adik2 semuanya, kami tidak mempunyai maksud apa2 tapi kami hanya ingin membantu agar informasi yang selama ini sudah diinformasikan melalui pertemuan halal bi halal, bisa terdokumentasi secara keseluruhan dan bisa dilhat kapan saja melalui blok ini,
Smoga ini ada manfaat. kurang dan lebihnya kami mohon maaf serta tidak lupa saran dan dukungannya.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
administrator.